Kamis, 11 Februari 2016

Peran Umat Islam dalam Perkembangan Pemikiran Barat Modern



A.      Latar Belakang
Dalam penelitian tentang sejarah pendidikan barat, sering kali mengabaikan peradaban Cina-Jepang dan hanya sesekali merujuk kepada kebudayaan Hindu yang sesungguhnya sangat penting bagi pengetahuan dan pemahaman kita, atas evolusi dari teoritik dan praktik pendidikan Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan mengabaikan kompleksitas pola-pola kebudayaan yang membentuk peradaban Timur Tengah pada abad-abad pra-Kristen dan Kristen Awal, serta perkembangan fenomenologis ilmu pengetahuan dan Institusi-Institusi pendidikan Islam selama abad-abad “Pertengahan”, antara tahun 750-1350 adalah sama dengan mengabaikan asas-asas pokok tradisi barat, yang mempengaruhi gaya hidup barat tersebut.
Bangsa-bangsa dan kebudayaan Timur Tengah sangat penting bagi kita, terutama masa pra-Kristen dan Kristen Awal. Kebudayaan tersebut memberikan pengaruh tentang religius dan bahasa dalam kebudayaan Barat. Kebudayaan tersebut juga memelihara institusi-institusi sebagai inti dari tradisi ilmu pengetahuan, matematika, filsafat dan teknologi.
Selanjutnya, ketika raja-raja Eropa menyewa guru-guru untuk mengajarkan cara menulis dan membubuhkan tanda tangan, institusi pendidikan Islam justru telah memelihara, memodifikasi, dan menyempurnakan warisan Klasik, melalui sekolah-sekolah tinggi dan pusat riset.
Kemudian hasil dari usaha kreatif diatas, telah menjangkau wilayah Latin Barat melalui penerjemahan versi bahasa Arab atas karya-karya klasik tentang kedokteran, filsafat, geografi, sejarah, teknologi, dan disiplin ilmu lainya, hingga ilmu pengetahuan berkembang di Barat dan saat ini menjadi warisan modern bagi kita.

Studi ini berusaha untuk memaparkan perkemabangan institusi pendidikan Muslim “abad pertengahan”, produk-produk ilmiyahnya, dan kontribusi-kontribusi penting dalam pembentukan pendidikan Barat modern. Sehingga penulis mengalamatkan pada judul “Peran Umat Islam dalam Pemikiran Barat Modern”.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kondisi Islam dan Barat Abad 12-13M?
2.      Bagaimana Peran Umat Islam sehingga Eropa memasuki Renaisans?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui bagaimman kondisi Islam dan Barat pada abad 12-13M
2.      Mengetahui bagaimana peran umat Islam sehingga Barat memasuki masa Renaisans


A.      Kondisi Islam dan Barat Abad 12-13M
1.    Abad Kegelapan
Abad kegelapan dalam sejarah dikenal dengan halaman awal abad pertengahan dimana Romawi Barat berada dibawah dominasi bangsa barbar. Bangsa ini melakukan dua tindakan kriminal: pertama, mengahncurkan kekaisaran Romawi Barat dan kedua memutuskan mata rantai peradaban klasik, dan menjadikan kegiatan intelektual mandek.
Menurutnya, kemandekan ini berlangsunng samapai abad ke 11. Kemandekan ini terjadi antara tahun 400 sampai 1400, tahun lahirnya renaisans. Antara tahun-tahun itu, kegiatan kebudayaan dan sains berhenti.[1]
Pendapat diatas, sangat berlebihan karena mengabaikan kegiatan seni, ilmu dal filsafat di dunia Islam maupun skolastik Barat. Dilihat dari sisi filsafat, sedah tentu tidak ada yang membahas mengenai karir bangsa ini. Aktivitas berpikir dan berfilsafat berhenti karena bangsa ini tidak mengadakan aktivitas Intelektual.
Dari segi keilmuan, selama beberapa abad, dunia Barat dikuasai oleh doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan budaya berpikir atau filsafat yang pernah berkembang pada masa sebelumnya di Yunani.[2] Gereja Timur menganggap ilmu filsafat Yunani berbahaya terhadap agama Masehi. Sebab itu institut-institut ilmu dan filsafat  Yunani ditutup dan tidak diizinkan membukanya, seperti dilakukan oleh Gestanian, yaitu dengan menutup sekolah Athena (tahun 529 M). Pendeta Yunani yang mengajar di sekolah tersebut dianggap kafir dan dihukum dengan bermacam-macam hukuman.[3]

2.      Dunia Islam
Menurut Bertrand Russell, Abad kegelapan berlangsung dari tahun 600 sampai dengan tahun 1000M. Pada rentang waktu itu, di wilayah yang memanjang dari India sampai Spanyol lahirlah sebuah peradaban Islam yang brilian. Apa yang hilang di Dunia Kristen, tidak hilang dari peradaban. Al-Qur’an sebagai risalah ilahi dan nabi Muhammad SAW, utusaNya, merupakan satu kesatuan antara ide dengan realitas sejarah yang memiliki kekuatan pengaruh yang mendorong terjadinya aktivitas keilmuan dan filsafat di dunia Islam. Baitul Hikmah yang didirikan atas prakasa Khalifat Harun al-Rashid (786-808M) satu abad setelah wafat rasulullah menjadi pusat Kegiatan Intelektual.[4]
Baitul hikmah memainkan peranya sebagai lembaga penerjemahan, Observatorium dan lembaga pendidikan ilmiyah yang menyelenggarakan kuliah-kuliah berbagai disiplin pengetahuan: filsafat, ilmu alam, ilmu kimia, kedokteran dan ilmu falak. Semangat ide al-Qur’an yang dikonkritkan oleh Nabi Muhammad, kini bertemu dengan warisan intelektual Yunani, persia dan India memperluas peta disiplin sarjana Muslim tidak terbatas pada fiqih, hadist, tafsir, dan tauhid.
B.       Penyebaran Ilmu Pengetahuan
Beberapa cendikiawan paling penting dan kreatif dari dunia muslim dimiliki Islam Timur. Akan tetapi, melalui Islam Baratlah yang dapat dipertimbangkan dengan ilmu pengetahuan Islami pada abad keduabelas dan ketiga belas dan dalam tingkatan yang lebih kecil dalam abad 14.
Kontak-kontak tersebut telah dilakukan secara prinsipal. Suatu hasil dari aliran mahasiswa-mahasiswa dan cendikiawan Eropa yang belajar di seklah-sekolah tinggi dan Universitas Muslim Spanyol, Sisilia dan Italia bagian Selatan. Kedua, datang dari cendikiawan latin. Kontak langsung dari buku-buku orisinil Muslim dan pada akhirnya terjemahan-terjemahan paling signifikan dari itu, ialah kepada bahasa Latin ataupun Eropa lainya.[5]
Mendekati pertengahan tahun 1300-an, jumlah karya-karya terjemahan ini telah mencapai antara tahun 1200 dan 1500. Meskipun banyak daripadanya sekarang telah hilang (lenyap), kita tahu bahwa dalam ruang lingkup area ilmu pengetahuan terjemahan-terjemahan tersebut, termasuk studi-studi dalam filsafat, teologi, ilmu kedokteran, matematika, astronomi, teknologi, sejarah, dan historiografi, ilmu pengetahuan alam, biografi, fabel, sastra, geografi, musik dan ensiklopedia.[6]
Penerjemahan karya Muslim kedalam bahasa Latin
Abad 11 hingga menjelang abad 13 barangkali boleh dianggap sebagai kebangkitan ilmu pengetahuan abad pertengahan. intelektual, sastra dan estetika adalah bunga dari abad pertengahan. Dalam kebangkitan kembali intelektual dalam hal ilmu pengetahuan dan filsafat. Awal pencerahan Eropa ini telah distimulasi secara luas oleh arus ilmu pengetahuan Greco-Muslim dalam penerjemahan yang terus meningkat jumlahnya, terjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin dan Herbew atau Spanyol, dan dari bahasa tersebut kedalam bahasa Latin. Lebih-lebih lagi, keinginan besar terhadap ilmu pengetahuan Greco-Muslim ini, dalam suatu pengertian memberikan ciri khas sangat alamiah terhadap awal pencerahan dan telah memberikan kepada awal pencerahan ini, ruang lingkup dan arah intelektual-edukasional.[7]
Jika pencerahan ini berasal dari dunia Latin-Kristen, tentu stimulasinya untuk memperluas tingkat substansi dan arah intelektualnya datang dari dunia Muslim, yang telah memberi Eropa kebangkitan kembali, baik dalam bentuk maupun isi.
Terjemahan bahasa Yunani, Persia, Hindu, Syria, semurni penerjemahan karya-karya Muslim dari bahasa Arab ke bahasa Latin, diperkenalkan kepada konsep-konsep baru ilmu pegetahuan Eropa tentang penelitian Skolastik, seperti Matematika, sejarah dan eksperimen, serta agak belakangan, dalam metode-metode logika neo-Aristotelian tentang penelitian. Terjemahan paling penting ini merupakan bagian terbesar dari pengetahuan klasik dan ilmu pengetahuan muslim serta karya-karya unggulan yang tersedia. Sehingga, pada waktunya dapat diambil oleh cendikiawan, guru dan mahasiswa-mahasiswa Eropa.[8]
Kepentingan utama lainya adalah pengaruh filsafat Muslim maupun filsafat Skolastik, terutama filsafat dan atau sistem teologi dari para intelektual terbesar Islam. Seperti, Ibn Sina, al-Ghazali, dan Ibbn Rusyd diatas filosuf-filosuf Eropa. Sebagian besar mencurahkan banyak energi intelektual dan bakat mereka untuk  menyanggah filsafat dari para pemikir Muslim.
Bidang-Bidang Ilmu Pengetahuan
Bidang Matematika. Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi (780-850), adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab. Sebagai seorang pemikir Islam Terbesar, ia telah memengaruhi pemikiran dalam bidang matematika yang hingga batas tertentu lebih besar daripada penulis lainya pada Abad Pertengahan. Selain itu al-Khwarizmi juga menulis tentang aritmatika dan aljabar yang berjudul Hisab al-Jahr wa al-Muqabalah. Karya tersebut diterjemahkan oleh Gerrard kedalam bahasa Latin pada Abad 12, buku tersebut tetap digunakan samapai abad 16 di universitas-universitas Eropa.[9]
Bidang Kedokteran. Ahli kedokteran yang menduduki peringkat pertama adalah kedokteran persia. Mereka adalah ar-Razi (Rhazez: 865-925), telah mempelopori penemuan karakter (ciri-ciri) penyakit menular dan memberikan penanganan klinis pertama terhadap penyakit cacar, dan Avicenna yang telah menemukan karakter penyakit menular melalui air. Konsep-konsep Rhazez dan Aviccena atas sifat wabah penyakit dibawa lebih lanjut oleh ibnul Khatib dari Granada (1313-1374). Ensiklopedia teks-teks ilmu pengobatan tersebut menjadi standar buku-buku sumber di dalam sekolah-sekolah ilmu pengobatan Eropa hingga mendekati Abad 17.[10]
Bidang Kimia. Bapak kimia bangsa Arab adalah Jabir ibn hayyan (Geber), jabir mempercayai bahwa logam bisa seperti seng, besi, dan tembaga dapat berubah menjadi emas atau perak dengan formula misterius. Jabir mengakui pentingnya Eksperimen secara lebih seksama sehingga dapat merumuskan teori dalam praktik kimia. Sejarah mencatat setelah Jabir meninggal dunia ditemukanya laboratorium yang menjadi tempat eksperimenya, sebuah mangkuk dan sebongkak emas.[11]
Bidang Musik. Studi musikal Islam, diprakasai oleh al-Kindi, Avicenna, dan al-Farabi. Hasil studi tersebut kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Hebrew dan Latin sampai pada Eropa memasuki Abad pencerahan. Musikolog Barat merujuk karya terjemahan Latin dari karya al-Farabi. Buku yang menjadi rujukan tersebut adalah De Scientiis dan De Ortu Scientiarum. Instrumen-instrumen musik yang menjadi bagian dari karya umat muslim adalah lute (al-lud), pandore (tanbur), dan Gitar (gitara), dimana instrumenn-instrumen tersebut disebarluaskan oleh penyanyi-pengembara.
Filsafat, Agama dan Teologi
Seluruh perkembangan-perkembangan dasar dalam tiga disiplin ilmu yang saling tergantung satu sama lain, filsafat, agama, dan teologi, yang sangat penting selama Abad 12 dan 13 adalah sebagai berikut:
Pada abad 12, Abdul Qadir jailani mendirikan Qadari atau darwish Qadariyyah. Teolog Asyari’yyah menulis sejarah terbesar tentang aliran-aliran dalam muslim. Al-Ghazali telah selesai mengembangkan Skolastik Muslim yang dikemudian hari mendapatkan penolakan dari ibn Rusyd dalam karyanya Destruction of Philosophy.
Islam di Barat, al-Batalyusi dan ibn Bajja telah menulis karya filsafatnya Tadbirul Mutawahhid (The Guide of The Solitary). Karya tersebut mempengaruhi ibnu Rusyd dan Albert yang Agung. Kemudian, Islam di Timur, Fakhruddin ar-Razi dan Nizami Arudhi adalah pemikir filsafat yang menonjol, seperti pandanganya tentang evolusi alam, fisika dan filsafat.[12]
Dialektika yang terpaparkan diatas menunjukkan akan perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi di Islam baik Islam Timur ataupun Islam Barat. Sehingga berada pada satu titik dimana karya Islam Timur yang dialamatkan kepada al-Ghazali mendapatkan penyanggahan dari ibnu Rusyd. Universalisme, rasionalisme, positivisme, dan sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis dimana ibn Rusyd menyanggah filsafat al-Ghazali.

Lahirnya Universitas-universitas Barat
Bunga dari pencerahan ilmu pengetahuan yang distimulasi oleh ilmu pengetahuan Greco-Muslim, sastra, dan filsafat adalah lahirnya satu institusi baru dari ilmu pengetahuan di Eropa (Universitas).
Ketergantungan cendikiawan-cendikiawan Eropa abad keduabelas dan ketigabelas atas karya-karya Muslim tidak semuanya demi pencapaian ilmu pengetahuan Yunani dan Helenistik. Hal itu dilakukan untuk memahamkan dan memanfaatkan kontribusi-kontribusi monumental pemikiran-pemikiran Muslim terhadap ilmu pengetahuan, filsafat dan kesusastraan.[13]
Berdirinya universitas-universitas Eropa pertama kali bertepatan dengan sangat besarnya Arus penerjemahan-penerjemahan, adaptasi-adaptasi dan ulasan-ulasan dari karya Muslim di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan teologi.
Universitas-universitas itu telah dihasilkan dari suatu akibat pemasukan secara besar-besaran, dengan jalan mana tidak saja karya-karya kreatif Muslim, tetapi juga Greco-Helenistik, Syria-Zoroastrian dan materi-materi hindu telah mencapai Latin di Barat, melalui terjemahan-terjemahan, ulasan-ulasan, adaptasi-adaptasi bahasa Arab tersebut.[14]
Akhir abad 12 telah berdiri 5 Universitas, diantaranya: Salermo (basisnya adalah sekolah kedokteran), Bologna (basisnya sekolah hukum), Universitas di Paris dan Montpellier di Prancis dan Oxford di Inggris.
Berdirinya universitas-universitas diatas, didasarkan pada tulisan-tulisan dari Intelektual Muslim atau Yunani. sebagaimana diterjemahakan dari sumber-suber bahasa Arab dan Yunani. Ilmu pengetahuan Aristotelian tetap merupakan inti dari kurikulum Universitas Paris hingga abad 16. Roger Bacon dan Albertus Magnus telah kuliah ilmu pengetahuan Muslim dan merasa berhutang terutama kepada al-Hazim dan Jabir.[15]
Datangnya Copernicus dalam astronomi, Paracelcus dalam ilmu kedokteran dan Vesalius dalam anatomi pada pertengahan abad 16 dan ilmu pengetahuan Muslim-Helenistik telah membuka jalan kepada konsep-konsep baru tentang manusia dan melancarkan keruntuhan Abad pertengahan.


Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Penyebaran ilmu pengetahuan dari Islam ke barat tersalurkan melalui dua arus: pertama, melalui para Mahasiswa-mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan Universitas di Spanyol. Kedua, melalui terjemahan-terjemahan karya-karya Muslim dari sumber-sumber bahasa Arab.
2.      Kejayaan Barat yang terasa sampai saat ini, tidak lepas dai peran Umat Islam. Betapapun Universitas-universitas Eropa  lebih sejalan dengan Liceum dan akademi Yunani atau mungkin dengan Jundi-Shapur persia, daripada dengan sekolah-sekolah ilmu pengetahuan lanjutan dalam Budaya Muslim dan Hebrew.


Daftar Pustaka
Afandi, Abdullah Khozin. Perkembangan epistemologi dari periode klasik sampai modern, (IAIN Surabaya:2008.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2011.
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, cet ke-1, Jakarta: Kalam Mulia
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat (Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam), Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Hitti, Philip K. History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: serambi, 2002.


[1] Afandi, Abdullah Khozin. Perkembangan epistemologi dari periode klasik sampai modern, (IAIN Surabaya:2008), h.39
[2]  Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 136.
[3]  Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, cet ke-1, (Jakarta: Kalam Mulia), h. 105.
[4] Afandi, Abdullah Khozin. Perkembangan epistemologi.., H. 40
[5] Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat (Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam), (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 261
[6] Ibid., h. 262
[7] Ibid., h. 266
[8] Ibid., h. 267
[9] Hitti, Philip K. History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: serambi, 2002), h.474
[10] Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam,.... h. 260
[11] Hitti, Philip K. History of The Arabs..., h. 476
[12] Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam,.... h. 241
[13] Ibid., h. 266
[14] Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam,.... h. 268
[15] Ibid., h. 277

Tidak ada komentar:

Posting Komentar